Setiap kendaraan roda dua memilki karakter yang berbeda-beda, seperti halnya dengan jajaran motor Honda yang hadir dengan beragam pilihan terbaik yang mewakili beragam gaya hidup dalam berkendara. Sebut saja Honda Vario yang tampil sporty menemani aktivitas harian, Honda ADV150 yang hadir memenuhi impian para petualang, Honda Genio yang tampil stylish dan mendukung gaya dari para generasi eksis, dan Honda CBR250RR SP Quick shifter hadir menjawab penantian para pecinta motor supersport yang menginginkan kebanggan lebih dalam berkendara.
Namun
tidak hanya motor Honda yang hadir dengan berbagai gaya, karena ternyata karakter gaya berkendara setiap orang juga
berbeda satu dengan yang lainnya. Dimana setiap orang memiliki gayanya masing-masing
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kepribadian, kesadaran,
kepedulian dan tingkat pengetahuan.
Setidaknya,
karakter itu bisa diklasifikasikan menjadi 5 kelompok pengendara sepeda motor dari
perilaku berkendaranya. Namun sayangnya, dari 5 kelompok itu, 4 diantaranya
adalah kelompok yang cenderung jadi penyumbang kecelakaan di jalan raya, dan sering
menunjukkan prilaku negatif yang bisa membahayakan keselamatan tidak hanya
dirinya, namun juga oengendara lainnya.
Dimana hal tersebut dapat dilihat dari parameter etika
berlalu lintas yang kacau balau, angka kecelakaan tinggi, dan tingkat kerugian
akibat kecelakaan yang sangat besar, serta kelalaian para orang tua yang
membiarkan anak-anak di bawah umur mengoprasikan kendaraan di jalan raya.
Gunarko Hartoyo, Corporate Communication and Sales Manager PT
Indako Trading Coy selaku main dealer Honda di wilayah Sumut mengungkapkan,
dengan mengetahui klasifikasi karakter gaya berkendara ini diharapkan dapat
membuka mata hati masyarakat untuk memilih karakter yang tepat dan
mengedapankan #Cari_Aman.
.1. Kelompok yang Tau Apa yang Dilakukan Atau ‘Si Berandal
Kelompok ini adalah pengendara yang meremehkan resiko dan
bahaya. Meski sudah tau yang dilakukan salah, tapi tetap saja dilakukan,
seperti hobi menyalip pengendara lain, sering bonceng tiga, tidak suka memakai
helm, dan mengerti rambu-rambu lalu lintas, namun enggan untuk mematuhinya.
Namun celakanya, perilaku berkendara mereka ditiru banyak orang.
2.
Kelompok yang Tak Tau Apa yang Dilakukan Atau ‘Pengikut Si Brandal’
Kelompok ini adalah para pengendara yang benar-benar tak
paham etika dan peraturan lalu lintas. Mereka hanya berkendara
mengikuti apa yang orang lain lakukan dan apa yang menurutnya benar.
3.
Kelompok yang Tau Tapi Tak Mengerti Atau ‘Si Penakut’
Kelompok ini adalah orang-orang hanya sekedar melakukan,
tetapi tak mengerti arti dariapa yang dia lakukan. Dapat dikatakan, Dia
melihat dan mendengarkan tapi tak mengerti apa makna yang dia dengarkan.
Mereka pun cenderung takut dalam membuat keputusan atau
sering ragu-ragu sehingga membuat bingung pengendara lain yang ada di dekatnya.
Seperti halnya sering ragu-ragu di jalan dan membuat bingung pengendara lain,
punya motto’ lambat-lambat asal selamat”, dan walau jalan sepi, butuh waktu
lama buat belok, ataupun putar awatah.
4.
Kelompok yang Tak Tau Tapi Sok Tau atau ‘Si Keras Kepala’
Kelompok ini adalah orang-orang yang keras kepala. Diberi tau
tapi dia merasa sok tau. Seperti diberi bahwa yang dilakukan salah, dia
malah bilang “No… Aku sudah tau, aku sudah 20 tahun bawa motor, aku ini
pejabat, pendidik, guru, pelatih,” dan banyak lagi alasan lainnya. Padahal apa
yang dia lakukan adalah salah.
Kelompok ini adalah orang-orang yang tak diharapkan. Karena
harusnya mereka bisa memberi contoh yang baik tapi justru memberi contoh buruk
kepada pengendara lain.
5.
Kelompok yang Tau dan Melakukan Dengan Benar Atau Tipe Sempurna
Pengendara ini benar-benar mendengar, melihat dan mengerti
apa yang mereka lihat dan dengar lalu mereka melakukan dengan benar. Seperti
halnya memprioritaskan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara, selalu
menggunakan atribut safety riding seperti helm, jaket, sepatu, masker, dan
sarung tangan. Membawa surat-surat kendaraan, dan berkendara dengan tenang
serta mentaati peraturan lalu lintas.
Namun sayangnya, kelompok ini adalah kaum minoritas yang
selalu terintimidasi, karena lingkungannya didominasi oleh orang-orang dari 4
kelompok lainnya. Bahkan yang menyedihkan, karena seringnya mengalah akhirnya
tanpa sadar dia terpaksa mengikuti orang-orang dari ciri 4 kelompok lain.
“ Diperlukan kedewasaan,
menjadi diri sendiri, dan tidak terpancing emosi saat berkendara di jalanan raya.
Yakinkan dirimu berada di posisi dan gaya berkendara yang benar. Karena kecerdasan
menentukan gaya berkendara akan menjadi kunci terciptanya keselamatan
berkendara dan lalu lintas yang tertib dan aman, “ ujar Gunarko.
No comments:
Post a Comment