Pikiran
para pebalap Astra Honda Racing Team menerawang jauh ke belakang.
Mengingat-ingat kembali bagaimana mereka memulai karir balapnya dan apa saja
yang telah dilakukannya dalam upaya mengejar mimpi mereka.
Andi Gilang dan Dimas Ekky menempuh jalan berliku dari Indonesia ke FIM
CEV, salah satu kompetisi paling sengit di dunia balap motor, untuk memantapkan
langkah pasti pada karier mereka. Dua pembalap Indonesia ini meninggalkan
negara dan benua mereka untuk balap di Eropa guna meraih kesempatan membuat
impian mereka menjadi kenyataan.
Andi Gilang, salah satu pebalap Indonesia yang paling menjanjikan
Andi Gilang baru genap 19 tahun (1997/08/14), lahir di Bulukumba, selalu
menyukai motor. Dari usia sangat dini, sudah hobi bermotor. Di usia 8 tahun,
Andi sudah mendapatkan motor pertama. Yaitu motor Underbone (bebek) 110cc.
Belum genap umur 10 tahun, Andi memulai balap pertama di balap motor Bebek.
Pertama kali balap di Bulukumba, kota kelahirannya. Sejak pertama balap, Andi
sudah menunjukkan bakat besar dan kerap juara. "Saya tidak ingat kapan
kemenangan pertamaku, tapi yang aku ingat, saya juara kejuaraan Nasional di
Bulukumba. Aku sangat bahagia bisa menang di kampung halaman saya. "
Dengan kerja keras, Andi Gilang terus meningkatkan prestasinya. Terima
kasih kepada keluarganya, Andi bisa terus mengikuti mimpinya. "Di
tahun-tahun awal balapan, kami sering bepergian. Ayah dan ibu selalu setia
mengantar saya dan itu sangat merepotkan mereka. Kami selalu bepergian dengan
mobil dan itu tidak mudah bagi kita karena sering menempuh perjalanan jauh dan
melelahkan." Andi Gilang hanya butuh tiga tahun untuk elakukan ubahan
besar dalam karirnya. Pada tahun 2010, Andi mulai bergabung dengan Astra Honda
Racing Team dan balap di Indospeed Race Series, dengan Honda CB150R.
Tahun-tahun pertama dilalui sangat sulit.
Andi Gilang harus bekerja keras selama 3 tahun untuk bisa memanen hasilnya.
Pada tahun 2013, Andi memenangkan balapan pertamanya dengan Astra Honda Racing
Team. Di tahun yang sama, ia memenangkan balapan seri Indospeed. Dengan evolusi
dan perkembangan besarnya, mengantarkannya seleksi di ajang bergengsi di Asia
Talent Cup tahun 2014. Andi sukses menjuarai seri Qatar pada 2015, dan dua
balapan di seri ATC tahun ini."Saya ingin balap di kejuaraan dunia.
Jadi saya akan bekerja keras." Ujar Andi
Pada 2015 ia melakukan debut di FIM CEV, kompetisi pebalap muda yang paling
bergengsi di Eropa dan tempat di mana banyak pebalap terbaik di dunia memulai
karir profesionalnya di sini. "Sekarang saya lebih dekat ke Kejuaraan
Dunia, tetapi sulit bagi saya karena Kejuaraan Asia dan Eropa benar-benar
berbeda," kata Andi Gilang. Kita harus mampu beradaptasi dengan sangat
baik, memahami spek motor yang berbeda dengan balap asia karena menggunakan
motor yang mirip di Kejuaraan Dunia. Kompetisi ini lebih sulit dan gaya balap
di Eropa sangat berbeda dengan Asia ."
Untuk menambah jam terbang menuju pentas dunia. Andi Gilang ikut di beberpa
balapan. Selain di FIM CEV di Eropa, pebalap Astra Honda Racing Team ini juga
ikut di Asia Talent Cup, salah satu kompetisi paling bergengsi di Asia.
"FIM CEV dan Asia Talent Cup benar-benar berbeda. Motor, pebalap dan tim
perbedaannya sangat jauh. Ini adalah tahun pertama saya di Eropa dan saya harus
mencoba melakukan banyak hal." Andi Gilang bertekad akan terus berjuang
hingga akhir musim dan percaya diri bakal menunjukkan perbaikan. "Saya
ingin balapan di Kejuaraan Dunia, jadi saya akan bekerja keras untuk menjadi
lebih baik". Andi Gilang tahu bahwa FIM CEV adalah tempatnya, dan Astra
Honda Racing Team adalah tim yang bakal mewujudkannya.
Dimas Ekky, akan lebih lanjut di Kejuaraan Moto2 Eropa
Dimas Ekky (1992/10/26), lahir di Depok, memiliki karir yang sama dengan
Andi Gilang. Pebalap Indonesia berusia 23 tahun itu sangat ingat kapan memulai
balap pertamanya "Saya ingat, karena saya ingin menjadi pembalap".
Dimas Ekky membuat langkah pertamanya pada balap motor ‘Bebek' (moped) di
usia13 tahun. Awalnya, hanya ikutan balapan lokal di sekitar Jakarta dan kota
kelahirannya Depok, Jawa Barat. Dimas lebih beruntung karena tak perlu
mengorbankan waktu dan biaya yang lebih besar karena tak perlu balapan di luar
kota. Keadaan berubah ketika Dimas sudah sekolah SMP, karena harus membagi
waktu antara balapan dan sekolah. "Awalnya sangat sulit. Aku balapan
menggunakan mobil bersama oang tua dengan satu atau dua mekanik, ketika SMP
semua berubah. Aku harus pergi menggunakan pesawat. Padahal hari Jumat masih di
kelas, dan hari Senin sudah harus masuk sekolah. " Tapi, dengan berbagai
kendala tersebut, Dimas Ekky masih mampu menjadi juara di tahun 2004 di balap
motor Bebek ini .
Dimas Ekky terus balap di kelas yang berbeda sampai akhirnya di kelas 600cc
tahun 2012. Dia turun di beberapa kejuaraan. Seperti, Kejuaraan Nasional
Indonesia dan Asia Road Racing Championship. Tahun berikutnya, pada tahun 2013,
saat ia berusia 20 tahun, Dimas mendapatkan tawaran dari Astra Honda untuk bergabung
di Astra Honda Racing Team. "Awalnya saya tidak percaya itu dan saya tidak
tahu harus ngomong apa. Karena saya sangat tercengang," tegas Dimas Ekky.
"Setelah saya sadar, saya merasa sangat senang, itu berarti mendapatkan
kesempatan bekerjasama dengan perusahaan motor terbesar di Indonesia dan salah
satu batu loncatan menuju balapan yang lebih bergengsi dan terutama di MotoGP
World Championship.”
"Saya sudah mengubah rutinitas latihan fisik, gaya balap dan
mentalitas saya."
Bergabung dengan Astra Honda Dimas Ekky mulai berpartisipasi dalam
kejuaraan bergengsi. Salah satunya, di balap Ketahanan 4 Jam Suzuka tahun 2013.
Dimas sukses menjadi juara di tahun pertamanya di balapan ini. Pada 2015 Dimas
Ekky melompat ke Eropa untuk balapan di FIM CEV, kejuaraan kelas atas dengan
pembalap muda paling kuat di Eropa.
Selanjutnya, ia menggabungkan CEV FIM dengan kompetisi lain di Asia.
"Sesuatu yang sangat sulit. Di Asia saya balapan dengan motor massal Honda
CBR600R. Sedangkan di FIM CEV saya menggunakan motor yang sama dengan kejuaraan
dunia Moto2. Makanya, saya telah mengubah rutinitas latihan fisik, gaya
berkendara dan mentalitas saya. " ujarnya
Dimas Ekky merasa yakin menatap masa depannya dengan Astra Honda Racing
Team. "Saya telah melakukan banyak peningkatan di beberapa tahun terakhir
ini berkat Astra Honda dan saya sangat berterima kasih dengan jasa yang mereka
lakukan. Mimpi saya adalah balapan di Kejuaraan Dunia, jadi saya harus tetap
bekerja keras dan mengambil kesempatan yang telah mereka berikan kepada saya. "
Dimas Ekky tidak bisa menahan senyumnya ketika ia ingat tentang hal itu. Ini
hanya masalah waktu untuk melihat apakah ia bisa mencapai mimpinya.