Sunday, October 23, 2011

Dunia Balap Kembali Berduka, Selamat Jalan Simoncelli...


Kuala Lumpur, (Analisa). Lintasan MotoGP kembali memakan korban. Kurang dari waktu setahun, setelah kematian Shoya Tomizawa, rider di kelas 250cc, akhir pekan ini balapan di kelas para Raja kehilangan salah satu tokoh sentralnya.

Tidak ada firasat buruk Marco Simoncelli akan pergi begitu cepat di usia yang masih belia, 24 tahun. Rider eksentrik itu harus menghembuskan nafas terakhirnya dalam balapan di GP Malaysia, Minggu (23/10).

Simoncelli meninggal setelah terjatuh dari sepeda motornya di lap kedua MotoGP Malaysia, setelah ia kemudian dihantam oleh pembalap lain yang melaju kencang di belakangnya, yakni Colin Edwards.Akibat iniden ini, bendera merah langsung dikibarkan tanda balapan dihentikan.

Simoncelli sendiri sempat dilarikan ambulans ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong. Ketika insiden mengerikan itu terjadi, helmnya sampai terlepas dari kepalanya.
Kematian rider tim San Carlo Gresini Honda itu adalah yang terburuk di MotoGP semenjak Daijiro Katoh, yang pembalap Gresini, tewas karena cedera dari seri Jepang 2003. September 2010 (musim lalu), Showa Tomizawa juga tewas di balapan kelas Moto2.

Yang tak kalah mengejutkan, baru seminggu terjadi kecelakaan di dunia balapan yang menewaskan seorang pesertanya, yaitu Dan Wheldon, dari ajang British IndyCar di Las Vegas.

Simoncelli sesungguhnya sedang merajut karier yang cerah di MotoGP, setelah musim lalu finis nomor balapan, menyelesaikan 16 dari 18 lomba di tahun tersebut.

Di musim ini ia membuktikan prediksi banyak orang bahwa dirinya akan menjadi salah satu pembalap yang layak diperhitungkan. Buktinya, dia mampu finis kelima di seri pembuka di Qatar, juga di Prancis dan Italia. Ia meraih podium pertamanya saat menjadi pembalap tercepat ketiga di Republik Ceko.

Simoncelli semakin stabil ketika berturut-turut menduduki tempat keempat di seri San Marino, Aragon, dan Jepang. Di seri ke-16 di Phillip Island, Australia, ia berhasil mencapai prestasi tertingginya, yaitu menjadi runner up (di belakang Cassey Stoner) tertingginya, yaitu menjadi runner up (di belakang Casey Stoner).

Di samping talentanya yang menjanjikan, pria yang nyentrik dengan rambut kribonya itu juga kerap menyulut kontroversi. Gaya membalapnya dianggap "serampangan", lebih dari sekadar berani, dan beberapa kali dinilai membahayakan pembalap lain.

Salah satu aksinya yang paling berbahaya adalah saat bersenggolan dengan Dani Pedrosa di Le Mans. Pedrosa cedera tulang selangka, dan ia dijatuhi ride-through penalty. Awalnya Simoncelli mengelak disalahkan atas tabrakan itu, tapi kemudian mengakui bahwa dirinya perlu melakukan refleksi pada gaya membalapnya.

Sebelum pindah ke MotoGP, Simoncelli pernah menjadi juara Eropa di kelas 125cc. Ia masuk level Grand Prix pada 2002 bersama Aprilia di kelas 125cc. Prestasinya selalu naik: dari finalis nomor 33 menjadi 21, 11, dan lima besar pada 2005.

Pada 2006 Si Kribo direkrut Gilera ke kelas 250cc, dan di musim 2008 ia berhasil menjadi juara dunia. Kepastiannya merengkuh titel itu diperoleh saat ia finis nomor tiga pada balapan di Sepang.

Di Sepang pula Simoncelli "berkenalan" dengan MotoGP, sebagai pembalap baru Honda di musim 2010. Di sirkuit itu ia dua kali terjatuh dalam uji coba resmi. Insiden yang kedua sampai merusakkan helmnya.

Dan kemarin, Minggu (23/10), Simoncelli kembali ke Sepang tapi untuk "berpamitan" kepada penggemarnya dan fans MotoGP. Ia meninggal dunia dalam kecepatan tinggi. Selamat jalan Simoncelli.... (oz/dtc).


Sumber berita : Harian Analisa

No comments:

Post a Comment

Jumlah Pengunjung :